Kamis, 21 April 2022

REVIEW FILM BEFORE THE FLOOD

 BEFORE THE FLOOD 


            Perubahan iklim merupakan perubahan intensitas struktur iklim dalam  periode yang sangat panjang. Bentuk perubahan iklim mencakup cuaca atau  persebaran cuaca yang ada di dunia. Penyebab utama dari perubahan iklim adalah  pemanasan global (global warming). Pemanasan global disebabkan oleh efek gas  rumah kaca karena penimbunan gas, terutama gas CO2 (karbon dioksida) di  atmosfer bumi. Perubahan iklim akan berdampak pada kenaikan permukaan air  laut, meningkatnya bencana alam, kekeringan yang berkepanjangan, kerusakan  ekosistem, dan masih banyak lagi. 

Before The Flood (Sebelum Banjir) merupakan film dokumenter Amerika  Serikat yang fokus membahas tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap  lingkungan. Film dokumenter ini disutradarai oleh Fisher Stevens dan merupakan  hasil kolaborasi dengan aktor Hollywood terkemuka, Leonardo DiCaprio bersama  Jennifer Davisson, James Packer, Brett Ratner, dan Trevor Davidoski. Film ini ditulis oleh Mark Monroe dengan sinematografi oleh Antonio Rossi. Selain itu,  musik dalam film dibuat oleh Gustavo Santaolalla, Trent Reznor, Atticus Ross,  dan Mogwai. Film ini didistribusikan oleh National Geographic Documentary  Films dan ditayangkan perdana pada September 2016 di Toronto International  Film Festival. Kemudian film ini resmi dirilis secara teatrikal pada 21 Oktober  2016 dan pada 30 Oktober 2016 ditayangkan di National Geographic Channel dengan takarir hingga 32 bahasa. 

Film dokumenter ini berisi tentang perjalanan Fisher Stevens dengan  Leonardo DiCaprio selama tiga tahun yang pergi ke setiap sudut dunia untuk  mendokumentasikan perubahan iklim dan dampak buruk yang dihasilkan. Sebagai  narator dalam film, Leonardo DiCaprio mengungkapkan kritiknya terhadap 

perusahaan dan politikus yang dengan sengaja membiarkan perusakan lingkungan  yang menyebabkan perubahan iklim terjadi. Leoanardo DiCaprio dan Fisher  Stevens juga bertemu dengan ilmuwan, politikus, peternak, pemuka agama, dan  berbagai pihak lain untuk menggali lebih dalam tentang perubahan iklim yang  melanda dunia. Apa itu perubahan iklim? Bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang  bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah ini? Semua hal itu dikupas tuntas secara mendalam oleh Leonardo DiCaprio. 

Awal mula film ini menceritakan tentang Leonardo DiCaprio yang melihat  sebuah lukisan sejak dirinya masih kecil. Lukisan tersebut secara garis besar  menceritakan tentang kehidupan yang damai di Eden, kemudian kondisi  overpopulation, lalu sebuah kerusakan besar-besaran di bumi. Kemudian, pada  tahun 2014, Leonardo DiCaprio dipercaya dan diangkat sebagai Duta Perdamaian  PBB. Banyak sekali pihak yang kontra terhadap keputusan tersebut dan menilai  Leonardo tidak mumpuni dan termakan hoax (berita bohong) terkait adanya  pemanasan global (global warming). Padahal, Leonardo DiCaprio telah  melakukan perjalanan ke seluruh pelosok dunia untuk melakukan peninjauan serta  menganalisis perubahan-perubahan iklim serta dampak buruk yang dihasilkan selama 3 tahun terakhir. Leonardo DiCaprio dan Fisher Stevens menjumpai  berbagai tokoh publik, seperti Piers Sellers, Barack Obama, Pope Francis, Anote  Tong, John Kerry, Greg Mankiw, Elon Musk, dan masih banyak lagi sebagai  narasumber utama dalam menanggapi perubahan iklim serta solusi dari mereka  tentang masalah tersebut. 

Pertanyaan, komentar, dan kritik yang disampaikan dalam film berfokus  pada penolakan perubahan iklim yang dilakukan oleh pelobi perusahaan minyak  dan gas serta politisi di Amerika Serikat, seperti Donald Trump. Latar film  dokumenter ini diambil dari negara-negara yang terdampak perubahan iklim,  seperti Bangladesh dan Benua Artik serta negara-negara yang berpotensi  menyebabkan perubahan iklim terjadi, salah satunya Indonesia (Sumatera). Film  dokumenter ini mengajak seluruh masyarakat dunia untuk peduli pada perubahan  iklim dan bersama-sama menjaga bumi agar bisa ditinggali dan ditempati dengan  nyaman oleh generasi selanjutnya. 

Film dokumenter ini disajikan dengan baik dengan cerita yang mengalir  dan saling berkesinambungan satu sama lain. Selain itu, latar belakang Leonardo  DiCaprio sebagai aktor Hollywood terkemuka menjadi daya tarik dalam film ini.  Sutradara, Fisher Stevens mampu mengemas dan memanfaatkan hal tersebut  dengan rapi. Penyajian cerita runtut, mulai awal perjalanan Leonardo DiCaprio  ketika masih kecil sampai dia menyadari masalah perubahan iklim yang harus  segera diatasi. Alur cerita yang digunakan adalah campuran, yaitu mulai dari  Leonardo DiCaprio diangkat sebagai Duta Perdamaian PBB pada Konferensi  Pers PBB 2014, kemudian kilas balik perjalanannya selama 3 tahun di seluruh 

penjuru dunia, lalu diakhiri dengan pernyataan penutupnya pada Konferensi Pers  PBB 2014. 

Gambar dan video yang disajikan dalam film, sama halnya dengan  penyajian film dokumenter pada umumnya. Di sini, kameramen bertugas sebagai  “mata” bagi penonton, sehingga penonton seolah-olah mengikuti setiap perjalanan  Leonardo DiCaprio. Video dalam film tidak hanya bersumber dari tangkapan  kameramen semata, namun juga hasil jepretan dari masyarakat awam hingga  cuplikan televisi. Penyajian musik dalam film memberi nuansa khidmat sehingga penonton dapat merasakan pesan mendalam dalam film tersebut. Apalagi  Leonardo DiCaprio sebagai narator mampu membuat penonton meresapi setiap  alur perjalanannya. Leonardo DiCaprio yang merupakan tokoh utama dalam film,  memberi peran penting untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat diseluruh  dunia untuk peduli dan melestarikan lingkungan. Ditambah dengan karakter kuat  Leonardo yang peduli lingkungan mampu menyihir penonton untuk menyimak  film dari awal hingga akhir. 

Namun sangat disayangkan, dalam film ini tidak terdapat sesi wawancara  (interview) dengan politikus maupun perusahaan yang menolak fakta perubahan  iklim sehingga kita kurang tahu dari sudut pandang mereka tentang masalah ini.  Salah satunya adalah dengan Donald Trump yang dengan gamblangnya  mendukung global warming. Padahal, hal tersebut akan menarik untuk disimak,  mengingat Donald Trump memiliki kontroversi yang tidak ada habisnya dalam  dunia politik di Amerika Serikat. Apalagi fokus cerita ini juga mengkritik pihak pihak yang tidak peduli pada perubahan iklim. 

Alur dalam film dokumenter ini sebenarnya menarik, namun sayangnya  mudah ditebak dan tidak jarang akan menimbulkan kebosanan pada penonton.  Bahkan di pertengahan film, saya tidak sadar tengah tertidur karena pembawaan  ceritanya mellow (lambat) dan cenderung menimbulkan rasa kantuk. Jika terdapat  sedikit plot twist dalam film akan memberi efek kejutan yang tidak terduga dalam  narasi sebelumnya, sehingga menciptakan ketertarikan lebih dari penonton  terhadap cerita film. 

Secara keseluruhan film dokumenter “Before The Flood” dikemas dengan  baik dan memiliki pesan mendalam terkait perubahan iklim dan dampaknya yang  harus segera diatasi. Bahkan skor atau rating film mencapai 8.2/10 pada IMDb  dan disukai 92% pengguna menurut survei yang dilakukan oleh Google. Bahkan  saya sendiri menilai film ini hingga 8.7/10 sebab membuka pandangan baru kita  terhadap perubahan iklim yang melanda dunia saat ini. Selain itu, kita disajikan  fakta yang cukup mengejutkan bahwa politik memberi dampak cukup besar  dalam kerusakan lingkungan, tak terkecuali dunia politik di Indonesia. Maka dari  itu, film dokumenter ini sangat disarankan untuk dilihat dan disimak dengan 

seksama karena akan memberi wawasan secara mendalam terkait perubahan  iklim, mengingat narasumber dalam film ini berasal dari beragam latar belakang,  seperti politikus, ilmuwan, masyarakat, serta berasal dari beragam negara sehingga sudut pandang kita akan semakin luas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GATRA DAN RACANA PADA NIRMANA

      Jika pada blog sebelumnya kita telah mengenal konsep dasar dan unsur rancang dari nirmana, maka pada blog ini kita akan membahas dan m...