BEFORE THE FLOOD
Perubahan iklim merupakan perubahan intensitas struktur iklim dalam periode yang sangat panjang. Bentuk perubahan iklim mencakup cuaca atau persebaran cuaca yang ada di dunia. Penyebab utama dari perubahan iklim adalah pemanasan global (global warming). Pemanasan global disebabkan oleh efek gas rumah kaca karena penimbunan gas, terutama gas CO2 (karbon dioksida) di atmosfer bumi. Perubahan iklim akan berdampak pada kenaikan permukaan air laut, meningkatnya bencana alam, kekeringan yang berkepanjangan, kerusakan ekosistem, dan masih banyak lagi.
Before The Flood (Sebelum Banjir) merupakan film dokumenter Amerika Serikat yang fokus membahas tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan. Film dokumenter ini disutradarai oleh Fisher Stevens dan merupakan hasil kolaborasi dengan aktor Hollywood terkemuka, Leonardo DiCaprio bersama Jennifer Davisson, James Packer, Brett Ratner, dan Trevor Davidoski. Film ini ditulis oleh Mark Monroe dengan sinematografi oleh Antonio Rossi. Selain itu, musik dalam film dibuat oleh Gustavo Santaolalla, Trent Reznor, Atticus Ross, dan Mogwai. Film ini didistribusikan oleh National Geographic Documentary Films dan ditayangkan perdana pada September 2016 di Toronto International Film Festival. Kemudian film ini resmi dirilis secara teatrikal pada 21 Oktober 2016 dan pada 30 Oktober 2016 ditayangkan di National Geographic Channel dengan takarir hingga 32 bahasa.
Film dokumenter ini berisi tentang perjalanan Fisher Stevens dengan Leonardo DiCaprio selama tiga tahun yang pergi ke setiap sudut dunia untuk mendokumentasikan perubahan iklim dan dampak buruk yang dihasilkan. Sebagai narator dalam film, Leonardo DiCaprio mengungkapkan kritiknya terhadap
perusahaan dan politikus yang dengan sengaja membiarkan perusakan lingkungan yang menyebabkan perubahan iklim terjadi. Leoanardo DiCaprio dan Fisher Stevens juga bertemu dengan ilmuwan, politikus, peternak, pemuka agama, dan berbagai pihak lain untuk menggali lebih dalam tentang perubahan iklim yang melanda dunia. Apa itu perubahan iklim? Bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah ini? Semua hal itu dikupas tuntas secara mendalam oleh Leonardo DiCaprio.
Awal mula film ini menceritakan tentang Leonardo DiCaprio yang melihat sebuah lukisan sejak dirinya masih kecil. Lukisan tersebut secara garis besar menceritakan tentang kehidupan yang damai di Eden, kemudian kondisi overpopulation, lalu sebuah kerusakan besar-besaran di bumi. Kemudian, pada tahun 2014, Leonardo DiCaprio dipercaya dan diangkat sebagai Duta Perdamaian PBB. Banyak sekali pihak yang kontra terhadap keputusan tersebut dan menilai Leonardo tidak mumpuni dan termakan hoax (berita bohong) terkait adanya pemanasan global (global warming). Padahal, Leonardo DiCaprio telah melakukan perjalanan ke seluruh pelosok dunia untuk melakukan peninjauan serta menganalisis perubahan-perubahan iklim serta dampak buruk yang dihasilkan selama 3 tahun terakhir. Leonardo DiCaprio dan Fisher Stevens menjumpai berbagai tokoh publik, seperti Piers Sellers, Barack Obama, Pope Francis, Anote Tong, John Kerry, Greg Mankiw, Elon Musk, dan masih banyak lagi sebagai narasumber utama dalam menanggapi perubahan iklim serta solusi dari mereka tentang masalah tersebut.
Pertanyaan, komentar, dan kritik yang disampaikan dalam film berfokus pada penolakan perubahan iklim yang dilakukan oleh pelobi perusahaan minyak dan gas serta politisi di Amerika Serikat, seperti Donald Trump. Latar film dokumenter ini diambil dari negara-negara yang terdampak perubahan iklim, seperti Bangladesh dan Benua Artik serta negara-negara yang berpotensi menyebabkan perubahan iklim terjadi, salah satunya Indonesia (Sumatera). Film dokumenter ini mengajak seluruh masyarakat dunia untuk peduli pada perubahan iklim dan bersama-sama menjaga bumi agar bisa ditinggali dan ditempati dengan nyaman oleh generasi selanjutnya.
Film dokumenter ini disajikan dengan baik dengan cerita yang mengalir dan saling berkesinambungan satu sama lain. Selain itu, latar belakang Leonardo DiCaprio sebagai aktor Hollywood terkemuka menjadi daya tarik dalam film ini. Sutradara, Fisher Stevens mampu mengemas dan memanfaatkan hal tersebut dengan rapi. Penyajian cerita runtut, mulai awal perjalanan Leonardo DiCaprio ketika masih kecil sampai dia menyadari masalah perubahan iklim yang harus segera diatasi. Alur cerita yang digunakan adalah campuran, yaitu mulai dari Leonardo DiCaprio diangkat sebagai Duta Perdamaian PBB pada Konferensi Pers PBB 2014, kemudian kilas balik perjalanannya selama 3 tahun di seluruh
penjuru dunia, lalu diakhiri dengan pernyataan penutupnya pada Konferensi Pers PBB 2014.
Gambar dan video yang disajikan dalam film, sama halnya dengan penyajian film dokumenter pada umumnya. Di sini, kameramen bertugas sebagai “mata” bagi penonton, sehingga penonton seolah-olah mengikuti setiap perjalanan Leonardo DiCaprio. Video dalam film tidak hanya bersumber dari tangkapan kameramen semata, namun juga hasil jepretan dari masyarakat awam hingga cuplikan televisi. Penyajian musik dalam film memberi nuansa khidmat sehingga penonton dapat merasakan pesan mendalam dalam film tersebut. Apalagi Leonardo DiCaprio sebagai narator mampu membuat penonton meresapi setiap alur perjalanannya. Leonardo DiCaprio yang merupakan tokoh utama dalam film, memberi peran penting untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat diseluruh dunia untuk peduli dan melestarikan lingkungan. Ditambah dengan karakter kuat Leonardo yang peduli lingkungan mampu menyihir penonton untuk menyimak film dari awal hingga akhir.
Namun sangat disayangkan, dalam film ini tidak terdapat sesi wawancara (interview) dengan politikus maupun perusahaan yang menolak fakta perubahan iklim sehingga kita kurang tahu dari sudut pandang mereka tentang masalah ini. Salah satunya adalah dengan Donald Trump yang dengan gamblangnya mendukung global warming. Padahal, hal tersebut akan menarik untuk disimak, mengingat Donald Trump memiliki kontroversi yang tidak ada habisnya dalam dunia politik di Amerika Serikat. Apalagi fokus cerita ini juga mengkritik pihak pihak yang tidak peduli pada perubahan iklim.
Alur dalam film dokumenter ini sebenarnya menarik, namun sayangnya mudah ditebak dan tidak jarang akan menimbulkan kebosanan pada penonton. Bahkan di pertengahan film, saya tidak sadar tengah tertidur karena pembawaan ceritanya mellow (lambat) dan cenderung menimbulkan rasa kantuk. Jika terdapat sedikit plot twist dalam film akan memberi efek kejutan yang tidak terduga dalam narasi sebelumnya, sehingga menciptakan ketertarikan lebih dari penonton terhadap cerita film.
Secara keseluruhan film dokumenter “Before The Flood” dikemas dengan baik dan memiliki pesan mendalam terkait perubahan iklim dan dampaknya yang harus segera diatasi. Bahkan skor atau rating film mencapai 8.2/10 pada IMDb dan disukai 92% pengguna menurut survei yang dilakukan oleh Google. Bahkan saya sendiri menilai film ini hingga 8.7/10 sebab membuka pandangan baru kita terhadap perubahan iklim yang melanda dunia saat ini. Selain itu, kita disajikan fakta yang cukup mengejutkan bahwa politik memberi dampak cukup besar dalam kerusakan lingkungan, tak terkecuali dunia politik di Indonesia. Maka dari itu, film dokumenter ini sangat disarankan untuk dilihat dan disimak dengan
seksama karena akan memberi wawasan secara mendalam terkait perubahan iklim, mengingat narasumber dalam film ini berasal dari beragam latar belakang, seperti politikus, ilmuwan, masyarakat, serta berasal dari beragam negara sehingga sudut pandang kita akan semakin luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar